zuraida

Senin, 28 Mei 2012

Tugas akhir media Pembelajaran Buk indri

Merancang Media Pembelajaran

BAB I  a. Teori Belajar 

 Belajar seharusnya menjadi kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Dalam proses Pembelajaran untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan diperlukan strategi yang tepat dengan perspektif dari teori-teori belajar yang ada. Ada bebrapa teori belajar yang kita bahasa disini: 
1. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman .
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Oleh karena itu harus diciptakan susana pengajaran yang mana guru bisa mengamati respon siswa, seorang guru harus memberikan penguatan bagi perubahan tingkah laku . Disinilah media berperan dalam membatu memberikan penguatan Banyak program-program soft ware tentang pendidikan ditawarkan.baik itu merupakan penguatan, praktik dan umpan balik 
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon
2. Teori Belajar Kognitif
 Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pikiran para siswa harus aktif terlibat dalam memproses informasi. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Perspektif kognitives mempengaruhi strategi pengajaran dengan berpendapat bahwa informasi harus diatur dalam cara yang spesifik untuk menjamin para siswa akan bisa menggunakan pengetahuannya dengan tepat berdasarkan skema mereka sendiri
Salah satu penerapan kognitives dalam pengajaran adalah menggunakan advance organizer , headings atau out lines untuk memandu para pelajar dalam memproses informasi.
Disamping kognitif juga kita mengenal istilah metakognitif yaitu kognitif yang juga melibatkan kesadaran terhadap suatu kesulitan yang dihadapi, dengan kata lain cara yang terbaik untuk membantu siswa belajar tentang pemikiran mereka sendiri adalah melalui penggunaan strategi penyelesaian masalah yang memberikan mereka masalah dunia nyata yang bisa diselesaikan melalui proses terstruktur yang siswa pelajari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
 Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa teori tersebut lebih menekankan pada analisis terhadap kualitas respon anak. Untuk melihat respon anak diperlukan butir-butir rangsangan. Dan butir-butir rangsangan dalam konteks ini tidak difokuskan untuk melihat kebenaran dari jawaban saja melainkan lebih pada melihat struktur alamiah dari respon siswa dan perubahannya dari waktu ke waktu.


TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
               Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
  1. Proses pemerolehan informasi baru,
  2. Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator
               Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):
1.      Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.      Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.      Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.   Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
11.    
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
               Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
               Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
                Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
  1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
  2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
  3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
  4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
  5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Teori Pembelajaran Konstruktivsme
Konstruktivisme adalah teori mengenai pembelajaran terbentuk hasil dari pembinaan pengetahuan berdasarkan pengalaman. Pembelajaran terbina dari infomasi yang diperoleh  dengan pengetahuan tersedia. Tokoh-tokoh Konstruktivisme antara lain Jean Piaget, Seymour Papert, Jerome Bruner, Lev Vygotsky dan John Dewey.
  B.Teori tentang Media
Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
a. Jenis – jenis Media pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau
    overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).

Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan
    media Audio Visual.

2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas
    dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan media
    pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana
    (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.

4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi),
    media tiga dimensi, dan media elektronik.
b. Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.


Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya)
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif
     siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1) Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
2) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
3) Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) Membangkitkan motivasi belajar
8) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
    kebutuhan.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
11) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Prinsip – prinsip memilih media pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru
diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran.
Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian
tujuan pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu :

1) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran.  Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3) Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
Selain yang telah penulis sampaikan di atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 238) yaitu: Tujuan, Keterpaduan (validitas),Keadaan peserta didik, Ketersediaan,Mutu teknis, Biaya




BAB II Analisis  Situasi
Dalam merancang media pembelajaran supaya efektif dan bisa berintegrasi dengan teknologi dan media salah satu model pembelajaran yaitu  Model  ASSURE. Model ini menggunakan pendekatan standar berbasis penelitian.
Terdapat beberapa langkah penting dalam model perancangan  bentuk pengajaran ASSURE yang sesuai digunakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Dikaitkan dengan materi dan siswa serta mata pelajaran yang ada di Klas VIII SMP Cendana Pekanbaru untuk pelajaran Bahasa Inggris  maka penulis coba menerapkan model ASSURE tersebut:
1. Analyze students.
Yaitu mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pelajar di sesuaikan dengan hasil belajar Yang meliputi:
a. Karakteristik umum  Siswa SMP kls VIII cendana Pekanbaru
  Sumber Daya Manusia di SMP Cendana Pekanbaru baik dari sudut murid adalah sebagai berikut Sedangkan rombongan belajar saat ini sebanyak 18 rombel terdiri masing-masing 6 rombel untuk setiap tingkat. Sebagian  besar(hampir 90%) siswa berasal dari anak-anak yang orang tuanya bekerja di PT. CHEVRON Indonesia sedangkan sisanya berasal  dari masyarakat umum.

               Jumlah siswa 26 orang yang terdidri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan, umur  rata-rata 12 sampai dengan 13 tahun , dilihat dari kultur  budaya  mereka sebagian berasal dari suku Minang dan melayu Riau.  Kemampuan awal siswa di kelas  dibagi atas tiga kelompok , yang cerdas  25 %   yang rata rata 50%, yang dibawah rata-rata  25 %  hal ini berdasarkan placement test yang  dilakukan sebelum mereka mereka ditempatkan dikelas tersebut dan kemudian setelah proses pembelajaran terjadi.
               Gaya belajar yang mereka miliki adalah rata-rata visual, ini bisa dilihat dari kemampuan mereka menyerap pelajaran apabila dijelaskan melalui visual baik visual diam maupun visual gerak akan lebih baik dibanding hanya dijelaskan dalam audio atau hanya cerita. Gaya belajar lainnya  mereka lebih suka belajar kelompok dari pada belajar individu.
2. State objectives
 Untuk  langkah kedua , Tujuan pembelajaran ditentukan dengan jelas ,apa yang akan dicapai oleh murid dan perubahan tingkah laku apa yang akan diharapkan dari siswa, sekaligus bisa menentukan  aplikasi yang akan dibangunsesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Antara lain dengan menjawab Sebagai contoh :
i.   Siapa yang hendak mencapai objektif tersebut?
          Sasaran yang dicapai adalah siwa SMP Kelas VIII SMP cendana Rumbai
      ii.  Apa objektif yang hendak dicapai? Yaitu siswa dapat :
a.  Bisa Menyatakan /mengexpresikan setuju atau tidak  setuju terhadap sesuatu
b.  Menayakan pendapat seseorang  setuju atau tidak
c.   Bermain peran dalam dialog  dengan topik tertentu  yang menanyakan
      pendapat siswa setuju atau tidak setuju
d.  Menguasai ungkapan- unkapan umum (Common expression ) untuk menyatakan
     setuju atau tidak setuju

iii.   Bagaimana objektif hendak dicapai dan berapakah ukuran ketuntasan  minimum  yang hendak dicapai.

Objek hendak capai adalah materi pelajaran  yang berkaitan , sedangkan minimum  yang ingin dicapai adalah  nilai 70  untuk bahasa inggris.

3. Select methods, media and materials

Langkah ketiga yaitu memilih kaedah, media dan bahan,hal ini berguna untuk
membangun jembatan antara kemampuan siswa dengan materi yang ada,
disini dibutuhkan kejelian memilih strategi, teknologi dan media
pembelajaran
a. strategi yang digunakan lebih berpusat pada siswa diharapakan siswa   dalam belajar aktif,seperti membahas kelebihan atau kekurangan subuah topik, menugaskan siswa mencari jawaban melalui internet, membedah buku secara bersama, memutar sebuah video kemudian mendiskusikan secara bersama.
b. Memilih teknologi dan media. Para pakar sepakat kegitan ini bisa menjadi tugas yang rumit karena tida hanya harus mempertimbangkan sumberdaya manusia juga harus mempertimbangkan kemampuan finansial  sarana prasarana, keberagaman siswa dan tujuan pembelajaran spesifik yang ingin dicapai. Di SMP cendana yang menjadi masalah dan yang perlu menjadi perhatian khusus adalah sumberdaya manusia dan keberagaman siswa.
c. Memilih materi, materi yang digunakan secara umum yang sudah tersedia dalam bentuk buku paket vcd dan lain-lain guru hanya memilih disesuaikan dengan materi yang akan di ajarkan dan untuk memperluas dan memperkaya  bisa dicari di internet.

4. Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan),
Dalam menggunakan teknologi dibuat perencanaan disesuaiakan dengan SK Dan KD Dengan melalui proses 5P:
        1. preview
        2. prepare teknologi media,materi
        3. prepare ruanagan, kelas dan lingkungan
        4. prepare siswa  yang akan mengikuti pembelajaran  
        5. provide menyediakan,menciptakan pengalaman siswa.

5. Require learner participation

Langkah kelima yaitu melibatkan pelajar dengan kata lain pelajar harus berpartisipasi secara aktif , penggunaan media harus bisa menimbulkan perbincangan dan diskusi terhadap materi lebih hidup dan hangat. Siswa diharapakan bisa menyampaikan pendapat secara berani.
Memberikan latihan-latihan yang memacu siswa untuk berkreasi dan mengembangkan kemampuan dalam mendalami materi pelajaran. Pendalam materi pembelajaran, suatupembelajaran yang melibatkan pelajar secara aktif akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
6. Evaluate and revise
Mengevaluasi dan merevisi merupakan langkah keenam yaitu melakukan penilaian dan penyesuaian sesuai dengan apa yang terjadi dalam pembelajaran untuk menuju kearah perbaikan yang lebih baik.  Ada beberapa hal yang di evaluasi:
1. Menilai Prestasi Pembelajar
a. penilaian autentik
b. Penilaian kinerja
c. Penilaian Sikap
d. Penilaian fortopolio
                     2. Mengevaluasi dan merevisi Strategi, teknologi dan media
                     3. Mengevaluasi Guru              
Berdasarkan model Pembelajaran ASSUSRE kita memilih media yang cocok untuk materi pembelajaran antara lain menggunakan power point dan audio visual. Pemilihan media dan bahan sumber yang sesuai dapat membantu dan mengekalkan materi untuk disimpan dalam memori kita. Bahan pembelajaran. Penggunaan gambar, gambar bersiri,   video dan animasi dapat menjadi bahan diskusi dan melibatkan keaktifan pelajar.  Guru bisa  memastikan suasana proses pengajaran dan pembelajaran yang dijalankan adalah sesuai, efektif serta menarik minat pelajar.


















BAB III

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


SMP                                     : Cendana Pekanbaru
Kelas/Semester                 : VIII (Delapan) / 2
Standar Kompetensi         : 9. Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar            : 9.2 Mengungkapkan makna dalam percakapan  transaksional (to get things done) dan  interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima  untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan , merespon pernyataan, memberi perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang, dan menutup percakapan, serta mengawali, memperpanjang, dan menutup percakapan telepon
Jenis teks                            : transactional/interpersonal
Tema                                   : School and  Sport
Aspek/Skill                          : Berbicara
Alokasi Waktu                   : 2 x 40 menit

1.      Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran, siswa dapat merespon makna dalam:

a.      Bisa Menyatakan /mengexpresikan setuju atau tidak  setuju terhadap sesuatu
b.      Menayakan pendapat seseorang  setuju atau tidak
c.       Bermain peran dalam dialog  dengan topik tertentu  yang menanyakan pendapat siswa setuju atau tidak setuju
d.      Menguasai ungkapan- unkapan umum (Common expression ) untuk menyatakan setuju atau tidak setuju

v  Karakter siswa yang diharapkan :      rasa percaya diri( Confidence)
                                                                           Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )




2.      Materi Pembelajaran
a.      Communication Practice (halaman 131, 132, 133)
·        Percakapan-percakapan yang memuat ungkapan-ungkapan:
         I couldn’t   agree with you  more
        I am afraid you are right
        I hate to disagree
        I wish  I could agree
        I dont  want to agree
        I am afraid I have to agree

3.      Metode Pembelajaran: three-phase technique
        Role play
4.      Langkah-langkah Kegiatan
A.Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi :
·        Menyebutkan beberapa statement kemudian meminta siwa menyakan setuju atau tidak terhadap statement itu

Motivasi :
·        Menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelari berikut kompetensi yang harus dikuasi siswa
B.    Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F  Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
F  Mendengarkan penjelasan ungkapan menyatakan setuju atau tidak setuju
F  Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
F  Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
F  Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajar
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F  Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
F  Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
F  Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
F  Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
F  Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
F  Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F  Memfasilitasi peserta didik untuk untuk mampu tampil di depan  kelas mngungkapan pendapat tentang setujua atau tidak setuju.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F  Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
F  Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
F  Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
F  Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
F  Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
F  Membantu menyelesaikan masalah;
F  Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
F  Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
F  Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
F  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
C. Kegiatan Penutup
        Dalam kegiatan penutup, guru:
F  bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F  merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
F  menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
5.      Sumber belajar
a.      Buku teks yang relevan..
b.      CD /  VCD kaset.
c.      Script percakapan dan/atau rekaman percakapan
d.      Gambar-gambar yang relevan
6.      Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
1.     Bertanya dan menjawab tentang meminta,memberi persetujuan
2.     Bertanya dan menjawab tentang merespon pernyataan
3.     Bertanya dan menjawab tentang memberi perhatian terhadap lawan bicara
4.     Mengawali,memperpanjang menutup percakapan
5.     Mengawali,memperpanjang menutup percakapan telepon

Unjuk kerja

Uji petik berbicara
Bermain peran
Create a dialogue based on the role cards and perform it in front  of the class.

a.      Instrumen:
Choose one of the situations below and make up the role play based on the situation chosen
1.      Do you agree  :’ Students are not Allowed to Bring Mobile Phone to  
                            School”
2.      What do you think;” School uniform is not necessary
3.      Do you agree or disagree :” We should ban boxingYou are the  

b.      Pedoman Penilaian
Jumlah skor maksimal keseluruhan            100
Nilai maksimal masing-masing dialog 25
c.      Rubrik Penilaian
Criteria
Score
Pronunciation
50
Delivery
50

Mengetahui;
Kepala Sekolah



Drs. Hamsah, M.Pd

Pekanbaru., Maret 2012
Guru Mapel Bahasa Inggris,




Drs. Endang Suryadi